Oleh: Dr.H.Muhammad Nasir.S.Ag.MH, Kakan Kemenag Kabupaten Anambas
"Sesungguhnya Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka, laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." ( Al-Kautsar;1-3)Perintah ibadah qurban merupakan sebuah konsep yang berisi pengertian cinta yang sempurna dan ketaatan dalam pengabdian kepada Allah SWT. Artinya, dalam ibadah qurban terkandung rasa cinta yang sempurna kepada Sang Pencipta yang disertai kepatuhan terhadap perintah-Nya.Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as ketika diperintahkan menyembelih hewan qurban. Bahkan karena cinta kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim AS ketika diperintahkan mengurbankan anaknya Ismail AS. Ia pun patuh dan taat melaksanakannya.Di dalam nikmat Allah SWT, ada ujian yang wajib diterima. Semua manusia tidak bisa lari darinya. Sebab itu anugerah Allah SWT kepada manusia selalu memiliki konsekuensi yang wajib dibayar yang tujuannya untuk menjemput kebahagiaan hakiki.Jika Allah memberikan rezeki dalam hidup ini, maka manusia wajib menerima konsekuensinya dengan bersykur atas nikmat itu. Jika tidak Allah SWT menyediakan konsekuensi lain berupa azab: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras."(QS. Ibrahim: 7).Dalam ayat tersebut terdapat konsekuensi syukur dan kufur ketika Allah SWT memberi nikmat kepada manusia. Dalam nikmat syukur terdapat cinta dan pengabdian yang bermakna bagi kebahagiaan hidup manusia.Perintah qurban secara harfiah berisi kematian fisik yaitu matinya hewan qurban karena dibunuh melalui penyembelihan dengan niat karena Allah SWT. Dari sini qurban bermakna kematian (membunuh, menghilangkan nyawa).Sepintas perintah qurban bertentangan dengan titah kehidupan yang diciptakan Tuhan. Karena mati adalah lawan dari hidup. Lalu mengapa qurban (dalam arti harfiah) diperintahkan, bukankah Allah Maha hidup dan menghidupkan.Secara hakikiyah perintah qurban berisi kewajiban membunuh sifat kebinatangan. Disini qurban menjadi simbol latihan iman meyakini bahwa dibalik perintah qurban terdapat anugerah Allah SWT yang memperteguh iman dan keyakinan kepada Allah.Keyakinan yang kuat itu menyimpan rasa bahagia dan cinta yang abadi. Kebahagiaan itulah yang telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim AS ketika lulus ujian pengurbanan. Nabi Ibrahim telah memiliki kebahagiaan dan cinta yang melebihi segalanya, yaitu cinta kepada Allah SWT. Wujud cinta Ibrahim AS dikukuhkan dalam syariat qurban. Ibrahim telah membangun kehidupan dengan cinta. Memperteguh keimanan dengan pengabdian.Kita maklum, bahwa hukum Allah selalu memiliki hikmah (ilmu) dalam seluruh lingkup kehidupan manusia baik secara peribadi, masyarakat ataupun berbangsa. Ketika manusia menemukan hikmah itu maka kehidupannya akan disinari dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Nah, dalam perintah qurban terdapat beberapa hikmah yang memperkuat nilai-nilai spiritual dan moral untuk membangun makna dalam kehidupan manusia, diantaranya adalah:Pertama, Qurban sebagai cara bersyukur dan penjagaan diri.Dalam pandangan Islam jati diri manusia yang paling azazi adalah ruhaninya. Allah meniupkan ruh-nya kepada jasad manusia sehingga memiliki kemampuan kontak langsung dengan Allah SWT. Jika seseorang selalu mengingat dan melakukan perenungan tentang Allah, maka kepribadiannya memancarkan sifat-sifat yang positif dan terpuji. Secara psikologi, seseorang itu tengah melakukan proses internalisasi sifat Allah ke dalam dirinya.Internalisasi sifat Allah dalam diri manusia dapat dilakukan dalam berbagai bentuk disamping dengan mengingat dan menyebut asma-Nya (zikir) juga dilakukan dengan melaksanakan perintah ibadah qurban. Perintah qurbanmendidik jiwa manusia untuk selalu mendekati Allah SWT. Ibadah qurban dalam makna hakikinya adalah memotong sifat kebinatangan manusia. Sifat kebinatangan itu selalu mendorong manusia untuk berpikir negatif dan bertindak destruktif (melakukan dosa). Dorongan tersebut harus dibunuh dan dibuang jauh-jauh.Dalam perintah qurban terdapat dorongan jiwa yang melahirkan perasaan bahagia, yang menyebabkan niat dan perbuatan seseorang selalu dinamis (tulus) dan bermanfaat bagi orang lain. Hal itu dapat dipahami bahwa muara ibadah qurban disamping dapat bermanfaat bagi orang lain juga dapat membangun jiwa yang bersih dari sifat-sifat kebinatangan.Tidak hanya itu, dibalik perintah qurban terdapat nilai-nilai etika sosial dengan wujud keadilan yang merata umpamanya saja dalam menikmati daging hewan qurban yang sembelih. Secara teologis makna ini diyakini bahwa perintah qurban memiliki imbalan yang bersifat metafisis, yaitu pahala yang akan diterima di akhirat. Al-Quran dan sunnah mengisyaratkan bahwa perintah qurban memiliki dimensi sosial-psikologis yang bersifat empiris.Dampak empiris ibadah qurban dapat membangun kepribadian yang suka memberi, menolong orang lain, dan tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya.Secara teo-psikologis, syariat Qurban termasuk ibadah yang memiliki fungsi fundamental yang mengembangkan semangat ketuhanan dan kemanusiaan. Melalui ibadah qurban Allah swt ingin memperkenalkan dua substansi penting yang tak dapat dipisahkan dalam menjalankan syariat Islam. Substansi pertama adalah prinsif ketuhanan. Dalam prinsif ini Allah SWT ingin memperkenalkan diri-Nya kepada manusia agar manusia mudah menyembahnya atau beribadah kepada-nya. Sebab itulah dalam surat al-qautsar yang kita kutip diatas setelah melaksanakan sholat(ibadah) diperintahkan berqurban. Sholat dan qurban satu kesatuan perintah untuk mensyukuri nikmat. Yang kedua adalah prinsif kemanusiaan yaitu Allah SWT menghendaki hidup manusia itu terikat dengan sifat saling memberi antar sesama. Disini qurban mejadi sarana mempererat hubungan kemanusiaan melalui pemenuhan kebutuhan hidup manusia berupa harta.Kedua, Qurban memperkokoh kesadaran spiritualManusia adalah makhluk spiritual, kualitas spiritual seseorang dapat dilihat dari cara merespon, daya juang dan tingkat kesadaran dalam proses transendensi diri, keberserahan, identitas diri dan keterhubungan antar aspek-aspek tersebut.Dalam artikel ini kesadaran spiritual dapat diartikan sebagai kesadaran pengetahuan dimana dalam kehidupan ada suatu kapasitas yang mengungguli keberadaan jasmani individu dan keterjagaan akan rasa keutuhan dan keterhubungan diri dengan Sang Pencipta. Kesadaran spiritual juga bisa dimaknai dengan menyadari adanya transendensi dengan khaliq sebagai pencapaian tertinggi dalam perkembangan individu dan sebagai pemicu untuk memotivasi individu dalam menemukan dan mencari meaning and the purpose of life. Ia menjadi karakteristik kemanusiaan yang membedakan dengan makhluk yang lainnya, dan sebagai indikator tingkat kesucian kognitif seseorang dalam dimensi insani (manusia ciptaan Allah SWT).Ibadah qurban syarat dengan pesan moral spiritual. Perintah berqurban sebagaimana yang di contohkan nabi Ibrahim, as, adalah cermin ketundukan yang tulus atas perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim as, memiliki kesadaran spiritual yang tinggi melebihi yang lainnya sehingga anaknya sekalipun diqurbankan asalkan itu perintah dari Allah SWT. Kesadaran siritual merupakan kesadaran yang akan keagungan Allah dan kesuciannya. Orang yang mendapatkan kesadaran ini akan merasakan kenikmatan dalam bar-mujahadah, ber-muamalah, dan ber-ibadah kepada Allah SWT.Kesadaran spiritual mengantarkan manusia kepada sikap istiqamah dalam ibadah. Sikap ini terdorong oleh barometer spirit ibadah qurban yang menghunjam dalam dirinya. Komitmen kesadaran spiritual secara fungsional akan berdampak kepada transformasi sosial dalam masyarakat.Kuatnya komitmen spiritual dapat mendorong peran sosial agama dalam transformasi sosial. Dalam masyarakat religius seperti Indonesia sudah barang tentu peran ini sangat penting. Pertama, untuk membangun spirit kembali ke Jalan Tuhan. Kehidupan sosial akan lebih terasa indah dan nyaman dengan sikap hidup yang lurus dan bermoral serta bermanfaat bagi orang lain. Dalam masyarakat kita akan merasakan hubungan sosial yang harmonis karena adanya bimbingan Tuhan yang selalu dekat dalam hidup. Kedua, Menumbuhkan dan mempertajam kepekaan sosial dengan berbagi rasa dan berempati dengan derita orang lain, sehingga komitmen moral semakin kuat dan keperhatinan sosial semakin tinggi.Ketiga, Qurban memupuk rasa cinta sesama manusiaIbadah qurban menyimpan spirit rasa cinta sesama manusia. Daging qurban yang dibagikan kepada orang lain sebagai bukti nyata rasa cinta antar sesama tanpa melihat suku ras dan agama. Ini artinya ibadah qurban disamping membangun kedekatan diri kepada Allah juga mempererat hubungan cinta antar manusia.Islam memandang manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang terbaik. Satu-satunya makhluk yang memiliki martabat di bumi adalah manusia. Diciptakan manusia dengan bersuku-suku, bangsa dan Ras yang berbeda adalah untuk saling mengenal dan saling menyayangi. Sebab itulah Islam sangat membenci kezaliman di bumi dan memerintahkan keadilan. Diantara tindakan kezaliman yang dibencihi Allah adalah sikap benci karena hawa nafsu dan sentimen yang tinggi. Sikap demikian sering disebut dengan rasialisme yang membabi buta.Ibadah qurban menyadarkan manusia, bahwa rasialisme itu dibenci Allah SWT. Sebab itu pularisme sebagai lawan dari rasialisme harus diartikan dengan sinergi sosial dalam membangun makna keadilan di bumi. Baik secara teologis, historis maupun sosiologis rasialisme sikap yang bertentangan dengan nilai keadilan. Terlebih di era globalisasi saat ini, kepicikan berpikir dan egoistik serta kurang beradab menjamur dimana-mana. Hal itu terjadi karena berkembangnya prinsif rasialisme di tengah masyarakat.Manusia sering melanggar sekat-sekat pluralisme sebagai sunnatullah. Antaretnis agama, budaya, dan suku selalu saja menyimpan rasa syu’udzon yang tidak beralasan sehingga melahirkan kelompok-kelompok tersembunyi di balik keadilan. Disinilah urgensinya nilai Qurban dalam memupuk rasa cinta sesama.Nilai Qurban juga mendorong kesiapan mental, moral dan intelektual, untuk melakukan kerja sama dengan kelompok-kelompok yang berbeda, baik secara politis maupun ekonomis.Kecintaan antarsesama adalah pesan moral ibadah qurban yang azasi. Melalui rasa cinta akan memperkecil sikap dan tindakan zalim dalam hidup, baik zalim dalam kehidupan pribadi, kehidupan sosial ataupun zalim dalam kehidupan berbangsa.Kezaliman dalam hehidupan berbangsa umpamanya tidak tegaknya keadilan dalam ber-politik, ber-ekonomi dan sebagainya oleh sekelompok orang di lingkungan pusat kekuasaan. Tindakan hukum dan kebijakan pemerintah di kuasai oleh kekuasaan yang tidak adil. Maka biasanya kezaliman seperti ini dampaknya lebih luas sehingga seluruh rakyat ikut merasakan akibatnya. Bahkan martabat dan harga diri bangsa mengalami devaluasi drastis di mata dunia. Sebab itu wajar jika masyarakat atau bangsa tersebut dilecehkan oleh bangsa lain. Tentu kita tidak ingin bangsa ini mengalami hal seperti itu, karena kita sama-sama mengharapkan rasa cinta antar sesama tumbuh menjadi sikap hidup berbangsa dan jauh dari sikap zalim yang merugikan. Akhirnya kita berharap dengan ibadah qurban, kita mampu mensyukuri nikmat harta dan memperbaiki diri, memperkokoh komitmen kesadaran spiritual dan memupuk rasa cinta antar sesama. Untuk jangka panjang tentunya diharapkan pula terwujudnya kehidupan sosial yang berperadaban mulia terhindar dari sikap rasialisme dan tindakan kezaliman, baik kezaliman kekuasaan, kezaliman politik dan kezaliman ekonomi yang akan meruntuhkan martabat bangsa dan negara. **