Tajassasu, Kejahatan Era Baru

Tajassasu, Kejahatan Era Baru

Oleh: Dr.H.Muhammad Nasir. S,Ag., M.H., Kepala Kemenag Anambas

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Demikian itu lebih baik bagimu agar kamu mengambil pelajaran. (Q.S An-Nur 27)

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan pesat, masyarakat modern telah memasuki era keterbukaan dan informasi telah menjadi sumber daya yang berharga bagi setiap orang.

Siapa pun yang menguasai informasi dianggap modern, canggih dan mutakhir. Pada akhirnya, meskipun informan mungkin tidak memerlukan semua informasi yang mengalir, informasi tersebut tetap menjadi santapannya. Pada prinsifnya tidak semua informasi yang mesti kita akses dan kita lalap.

Dalam pandangan Islam orang beriman dianjurkan senantiasa berhati-hati dengan informasi (berita) dan diminta untuk menyeleksinya mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. Sebab itu Al-Quran menegaskan; “Apabila datang kepadamu orang fasiq membawa informasi (berita) maka teliti dan seleksilah terlebih dahulu kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.

(QS.Al-Hujurat,6).Ayat ini menjelaskan bahwa tidak semua informasi yang bermanfaat bagi manusia. Dalam Islam ada informasi yang dilarang diakses dan harus dihindari. Jenis Informasi (berita) ini adalah menyangkut dengan keburukan dan aib orang lain.Di era globalisasi, informasi telah menjadi komoditi penting yang mendatangkan keuntungan finansial sehingga banyak diantara orang modern dengan sengaja mencari dan mengakses informasi (berita) melalui program yang sangat menarik.

Walaupun kadang-kadang informasi itu berbentuk aib ataupun rahasia peribadi orang lain yang seharusnya tidak boleh diketahui banyak orang.Membuka (mengakses) aib atau rahasia orang lain dengan sengaja tanpa izin dan diperkenankan orang tersebut dalam bahasa Al-Qur'an disebut “memasuki rumah orang tanpa izin.”

Sikap seperti ini merupakan kejahatan yang menyebabkan dosa. Dalam bahasa yang lain Al-Qur'an menyebut dengan sikap orang yang suka mengintip dan membuka aib orang lain.Tidak dapat dipungkiri bahwa mentalitas yang suka mencari dan mengungkap aib dan kekurangan orang lain telah menjadi budaya global.

Media sosial memudahkan akses (membuka) berita atau informasi apa pun, bahkan kekurangan dan aib orang lain, yang menjadikannya komoditas dosa yang menentang hukum agama.

Sikap mental demikian menurut Al-Qur'an disebut dengan “tajassasu”.Dalam Al-Quran ditegaskan;”Janganlah kamu melakukan (tajassasu) mengintip keburukan (aib) orang lain (Al-Hujurat 12).

Saat ini, media sosial telah berubah menjadi portal menuju dosa-dosa era baru yang merusak moral manusia kontemporer. Jejaring sosial telah memungkinkan orang melakukan banyak kejahatan tajassasu.

Menemukan informasi tentang aib orang lain mudah bagi kita, dan begitu kita mendapatkannya, kita menyebarkannya di semua platform media sosial lainnya secara gratis.Sebuah unggahan yang sangat pribadi kemungkinan besar akan menerima banyak reaksi dan akhirnya menjadi viral.

Kejahatan tajassasu adalah dosa yang menyakiti orang lain dan sangat era kaitannya dengan sifat manusia. Lalu bagaimana kejahatan tajassasu di era digital saat ini?

Inilah yang akan didiskusikan dalam artikel yang singkat ini.Salah satu dari sekian banyak pesan moral dalam Al-Qur'an tentang sifat manusia adalah “tajassasu/tajassus” (mengintip aib orang lain), atau dalam bahasa lain mencari dan menyelidiki aib atau kejelekan orang. Dalam kamus literatur bahasa Arab, misalnya kamus Lisan al-Arab tajassus diartikan “bahatsa anhu wa fahasha” yaitu mencari berita atau menyelidikinya (Imam Ibnu Mandzur; 1968).Menurut al-Utsaimin, salah satu indikator adanya sikap berprasangka negatif adalah melakukan tajassus. jadi tajassus/tajasasu adalah upaya untuk mencari-cari keburukan orang lain, sekalipun keburukan itu telah tampak oleh indera. Sikap tajassus akan memancing perilaku untuk membicarakan keburukan orang lain.

Menurut al-Badr, tajassus sangat erat kaitannya dengan sikap berprasangka buruk (su’uzzhon ,

perilaku ini merupakan salah satu bentuk perilaku nifaaq, dan lawan dari perilaku itu adalah husnu‟uzhan yang merupakan bagian dari perilaku beriman.Sikap dan kepribadian tajassus merupakan perbuatan tercela dan menantang Allah SWT.

Terkait dengan tipe orang seperti ini Rasulullah SAW, bersabda;”Wahai orang-orang yang menyatakan Islam dengan lidahnya, tetapi iman belum masuk ke dalam kalbunya, janganlah kamu menyakiti kaum muslimin. Janganlah kamu mempermalukan mereka. Janganlah kamu mengintip-ngintip (mencari-cari) aib orang lain.

Barang siapa yang membongkar-bongkar aib saudaranya orang islam, Allah akan membongkar aibnya. Barang siapa yang dibongkar aibnya oleh Allah, Allah akan mempermalukannya, bahkan di tengah keluarganya.”(Dalam ;Tafsir Bil-Ma’tsur, Jalaluddin Rahmat; 1994).

Perbuatan tajassus seringkali dikaitkan dengan adanya perasaan yang tidak baik terhadap orang lain, yang menyebabkan timbulnya kecurigaan dalam pikiran seseorang. Tajassus pada asal hukumnya adalah haram seperti dalam firman Allah SWT dalam surat al-Hujurat ayat 12 diatas, karena membuka aib kaum muslimin dan menyingkap rahasia orang lain adalah dosa.Dan Rasulullah SAW bersabda : “Wahai sekalian yang mendakwa beriman dengan lidahnya, namun iman tidak masuk ke dalam hatinya, jangan kamu mengumpat kaum muslimin, jangan kamu mencari-cari keaiban mereka. Barang siapa mencari-cari keaiban kaum muslimin, maka Allah akan mencari keaibannya.

Barang siapa yang Allah SWT cari keaibannya, maka Allah akan mengungkapkannya sekalipun di rumahnya.”Di era keterbukaan informasi terdapat banyak peluang untuk menggali dan menemukan informasi baik yang bersifat positif maupun negative.

Manusia dengan mudah mengintip kesalahan orang lain tanpa batas. Informasi telah berubah menjadi status bebas untuk siapa saja dan telah menjadi konsumsi publik yang menjadi komoditi yang dapat dijual, apakah itu terkait dengan rahasi atau aib orang lain atau tidak.

Walaupun berbeda dengan Hoax (informasi/berita bohong), namun akibatnya tidak jauh berbeda karena dapat menjatuhkan martabat kemanusiaan.Suatu hari Khalifah Umar Ibnu Khattab, RA, melakukan ronda malam bersama Abdullah bin Masud. Pada tempat yang terpencil mereka melihat kerlipan cahaya. Dari arah yang sama mereka mendengan sayup-sayup suara orang bernyayi.

Keduanya mengikuti cahaya itu dan sampai di sebuah rumah. Diam-dim Umar menyelinap masuk. Ia melihat seorang tua sedang duduk santai. Di hadapannya ada cawan minuman dan seorang perempuan yang sedang bernyanyi.

Umar menampakan diri dan menghardik,”Belum pernah aku melihat pemandangan seburuk yang aku lihat malam ini.

Seorang tua yang menanti ajalnya! hai musuh Allah, apakah kamu mengira Allah akan menutup aibmu padahal kamu berbuat maksiat”.

Orang tua itu menjawab,”janganlah tergesa-gesa, ya Amirul Mukminin. Saya hanya berbuat maksiat hanya satu kali, anda menentang Allah sampai 3 kali.

Yaitu Anda telah mengintip keburukan orang, Anda menyelinap masuk dan anda sudah masuk ke sini tanpa izin, padahal Allah swt melarang;”

Janganlah kamu masuk ke rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin dan mengucapkan salam kepada orang yang ada di dalamnya”. (Al-Nur 27).Lalu Umar berkata,”Kamu benar”

Ia keluar menggigit pakainnya sambil menangis,”Celaka kau,Umar, jika Allah SWT tidak mengampunimu. Umar akhirnya berjanji tidak akan menceritakan dan memberitahu kepada siapaun apa yang dilihatnya terhadap orang tua itu begitupun dengan Ibnu Mas’ud bersamanya.Kisah Umar dan Ibnu Ma’ud di atas mencerminkan sikap tajassasu yang dimurkai Allah SWT.

Karena Umar dan Ibnu Mas’ud seorang yang bijak lalu keduanya menyesali perlakuannya dengan menangis dan bertaubat. Oleh sebab itu kita harus menghidari tajassasu karena ia adalah kejahatan yang dimurkai Allah SWT.

Untuk itu dalam membuka dan menyampaikan informasi melalui medsos, Islam memberikan petunjuk agar terhindar dari kejahatan tajassasu:

Pertama; Kejujuran, yaitu informasi yang disampaikan harus berita dan informasi yang benar. Hal ini sejalan dengan pola Al-Qur’an dalam menceritakan kisah yang terjadi pada para Nabi dan Rasul dan berita tentang sekelompok atau individu manusia yang terjadi pada kehidupan masa lalu (QS Al-Hud: 120; QS Yusuf : 3; dan QS Al- Kahfi: 13). 

Kedua; Kebaikan. informasi yang disampaikan diarahkan pada berkembangnya sarana saling mengingatkan untuk berbuat baik dan saling mencegah berbuat kemungkaran atau dosa. Dalam hal ini, informasi diarahkan pada berkembangnya nilai-nilai kebaikan yang sesuai dengan Islam dalam kehidupan dunia atau pun yang berkaitan dengan akhirat.

Ketiga; Hikmah, yaitu informasi yang disampaikan mengandung perkataan yang lembut dan menyenangkan. Dengan demikian, informasi yang disampaikan terdapat pelajaran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Jika melakukan koreksi dan kritikan maka gunakan dengan cara yang baik sehingga tidak menimbulkan perselisihan.Keempat; Tabayyun, yaitu informasi yang disampaikan telah melalui upaya klarifikasi.

Mencari informasi dari sumber utama, bahkan beberapa sumber yang telah dianggap bisa memberikan kejelasan informasi sehingga informasi yang disampaikan dapat bersifat objektif dan adil.Islam melarang keras kejahatan tajassasu sehingga dalam beberapa ayat Al-Quran mencegah terjadinya kejahatan tersebut diantaranya dengan;

Pertama; Tidak skhariyyah dan talmizah. Artinya, informasi yang disampaikan tidak boleh mengandung unsur-unsur merendahkan harkat dan martabat orang lain dan tidak mengandung unsur mencela dan mencemarkan nama baik orang lain.Al-Qur'an menjelaskan; Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (QS Al-Hujurat: 10).

Kedua; Tidak su’u- al zhan. Artinya, informasi yang disampaikan tidak boleh mengandung kecurigaan dan buruk sangka serta berusaha mengikuti asas praduga tidak bersalah (khusnu al zhan). Informasi juga tidak ghibah, yaitu menyampaikan informasi tidak boleh mengandung unsur menggunjingkan orang lain, yaitu menyampaikan suatu keburukan orang lain yang tidak diharapkan diketahui oleh orang lainnya atau menyampaikan informasi tentang aib/cela seseorang kepada orang lain tanpa izin dan perkenaan dari orang yang memiliki aib tersebut.

Ketiga; Tidak buhtan, yaitu menyampaikan informasi tidak boleh ditambah- tambah interpretasi subjektif dengan tujuan agar menjadi berita menarik. Dijelaskan Al-Qur'an; Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya) (QS An Nahl: 62).

Dalam ayat lain; Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang- orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung (QS An-Nahl: 116).

Keempat; Tidak ifkun, yaitu tidak boleh menyampaikan berita yang sengaja dibalikkan dari fakta sebenarnya atau memutarbalikkan informasi yang benar menjadi bohong, dan perbuatan baik menjadi buruk dan tercela.Umar telah mengambil tindakan nyata yang lebih terpuji dalam kisah di atas, selain pencegahan yang telah disebutkan sebelumnya. Ia berjanji tidak akan mengulangi kejahatan tajassasu lagi dan menutupi aib orang yang beriman lainnya. Menutup aib kaum muslim merupakan akhlak mulia.

Di riwayatkan bahwa para malaikat melihat Lauh Mahfudh, kitab catatan manusia. Mereka membaca amal saleh manusia. Ketika sampai kepada halaman yang berkenaan dengan kejelekan manusa, tirai jatuh menutupnya.

Malaikat berkata”Subhana man azhharal jamil wa sataral qahih, Mahasuci Dia yang menampakan yang indah dan menyembunyikan yang buruk( Al-Fkhr al-Razi,1989).Nah, berapa banyak keburukan orang lain yang telah kita singkap dan sebarkan di zaman ini?

Namun, sebagian keburukan itu tidak terlihat oleh mata dan pendengaran manusia karena kemurahan Allah SWT. Kita tidak akan sanggup bertahan di tengah kekacauan hidup kita jika Allah SWT menyingkapkan semua keburukan kita. Informasi itu mungkin sudah tersedia luas, tetapi kita harus berhati-hati untuk tidak mengintip lalu menyebarkannya jika itu menyangkut aib dan keburukan orang lain. Semoga Allah SWT melindungi kita dari kejahatan tajassasu. Aamiin. ***

#Umum
SHARE :
Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin

Berita Terpopuler
LINK TERKAIT