Oleh: Dr. H. Muhammad Nasir, S.Ag. M.H., Kepala Kemenag Kabupaten Anambas
Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau dengan jumlah penduduk lebih kurang 50.703 jiwa. Siapa yang tidak mengenal kabupaten ini, khususnya slogan "surga tersembunyi" yang sering kita dengar saat berkunjung ke Kepulauan Anambas? Ada banyak inspirasi di balik kata ini. Bergantung pada cara kita memahaminya, maknanya bisa berbeda-beda.Kabupaten Kepulauan Anambas dikelilingi oleh perbukitan berbatu yang terletak di sepanjang pantai, seperti halnya daerah lain di Kepulauan Riau. Bagi mereka yang belum mengenal daerah ini, rintangan yang paling menakutkan adalah perbukitan berbatu yang curam. Bagi penduduk setempat struktur alam seperti itu tidak menjadi kendala.Bahkan bagi mereka perbukitan batu yang terjal menjadi hiasan indah dan menyenangkan. Mereka telah memiliki strategi tersendiri untuk memperjuangkan hidup dengan mapan.Banyak pelajaran yang di dapatkan, jika kita mau belajar dari tata kehidupan masyarakat di Kepulauan Anambas. Bagi mereka kehidupan harus ditempa dengan keuletan dan kemauan. Siapa saja yang ulet dan mau berjuang pasti dapat meraih kehidupan yang layak. Sebab itu deretan bongkahan batu yang membukit di sepanjang pinggiran laut adalah tantangan yang memicu semangat hidup mereka. Sebagaimana bukit-bukit batu yang tertancap kokoh, kehidupan mereka bagaikan kokohnya bongkahan batu itu.Walaupun dihempas oleh tingginya gelombang dan ombak yang menyambar, batu itu tidak akan beranjak sedikitpun. Dan bahkan akan mendatangkan keindahan menjadikan ombak yang pecah memantulkan percikan air dan bunyi yang meriuh. Lalu apakah sebenarnya slogan SurgaTersembunyi itu? Inilah yang akan di diskusikan dalam artikel yang sederhana ini.Sang PetualangBaik kapal laut maupun pesawat terbang dapat digunakan untuk berkunjung ke Kepulauan Anambas. Kebetulan saja waktu itu matahari bersinar terang, cuaca cerah, air laut pun bersahabat bagaikan sungai tanpa riak. Sang petualang itu berangkat dengan niat baik untuk memulai misi barunya. Kapal Bukit Raya pun ditetapkan sebagai kapal yang akan berangkat.Hari itu, ia mulai melangkahkan kaki dan melangitkan do’a dengan semangat menuju pelabuhan kapal di Kijang. Pelabuhan sudah penuh sesak karena penumpang terus berdatangan, terlepas dari apakah hari itu merupakan hari yang baik bagi industri pelayaran. Sesampainya di dermaga, petugas pelabuhan mengumumkan bahwa semua penumpang yang memiliki tiket harus mendaftar di konter tiket yang telah disediakan untuk mendapatkan boarding pass.Setelah mendapat panggilan untuk menaiki kapal, antrian pun dimulai dengan berdesakan menuju tempat duduk atau daek/kamar sesuai nomor yang tertera di setiap boarding pass. Sang petualang pun masuk kapal menuju nomor set yang telah di tetapkan dan duduk-duduk istirahat di kasur yang disediakan sambil menunggu kapal berangkat. Tak lama kemudian, petugas kapal mengumumkan bahwa kapal akan segera berangkat menuju Tarempa dan terdengar petugas memanjatkan doa agar semua penumpang kapal selamat dalam pelayaran. Kapal pun mulai bertolak dari Pelabuhan Kijang menuju Pelabuhan Tarempa -Anambas.Setelah beberapa lama berlayar, kapal berhenti sebentar di Palmatak untuk menurunkan penumpang dan menaikan penumpang yang hendak menuju ke tujuan lain. Di sini sang petualang menemukan pelajaranyang sangat berharga, ketika melihat para pedagang bergegas dan berebut naik ke atas kapal dan dengan antusias menjajakan berbagai macam makanan sambil berteriak-teriak memperkenalkan dagangan mereka. Suara para pedagang itu terdengar meneriakkan produk yang mereka bawa; "nasi goreng, nasi goreng!" dan "kerupuk atom, kerupuk atom!" suara mereka memenuhi lorong-lorong ruangan kapal saat menemui para penumpang di tempat duduk-duduknya masing-masing.Hiruk pikuk suara pedagang asongan itu menghiasi ruangan-ruang dek kapal seketika. Jika diperhatikan dengan seksama, para pedagang yang masuk ke dalam kapal itu pada umumnya penduduk setempat yang memiliki semangat tinggi dan kesungguhan menjajakan jualannya. Mereka sangat tahu dengan jadwal kapal yang akan berlabuh, karena disitulah lapangan pekerjaan dan tempat mereka mencari nafkah untuk keluarganya. Sang petualang bergumam dalam hati yang dalam,”begitulah susahnya mencari makan untuk menafkahi keluarganya di rumah”, sementara orang-orang kaya dan para pejabat negara kadang-kadang begitu mudahnya ia mendapatkan uang dan bahkan melebihi dari kebutuhannya”. Dan yang paling disayangkan kadang mereka sanggup menilap uang negara untuk mencari kekayaan.Inspirasi BerhargaDi Indonesia terdapat dua macam orang yang mencari penghidupan yaitu orang yang mencari makan dan orang yang mencari kekayaan. Pertama; Orang yang mencari makan. Mereka adalah para pejuang ekonomi keluarga seperti pedagang osongan dalam kapal di atas yang sangat ulet dan sabar dengan hasil yang mereka dapatkan. Mereka tidak memiliki modal besar seperti pedagang multinasional dan konglomerat.Kehidupan mereka hanya untuk bertahan hidup dari hari-kehari. Pedagang seperti ini adalah kelompok orang yang sederhana dan apa adanya. Kedua; Orang yang mencari kekayaan. Kelompok kedua ini adalah pedagang dengan modal besar, untungpun besar. Mereka tidak hanya mencari makan tetapi mereka mencari kekayaan. Jika perlu mencari kekayaan untuk tujuh keturunan. Kehidupan mereka biasanya sedikit mewah dan selalu memiliki keinginan yang melebihi dari kebutuhan.Kelompok orang yang pertama masih banyak di Indonesia. Mereka pada prinsipnya adalah orang-orang yang membutuhkan pendampingan dan perhatian dari pemerintah. Mereka membutuhkan lapangan pekerjaan yang tepat untuk berusaha agar penghasilan dari hari ke hari dapat meningkat dan memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka adalah kelompok masyarakat yang hidup paspasan dalam memenuhi kebutuhan pokok keluargnya sehari-hari. Merek takut korupsi, takut mengambil milik orang lain yang bukan haknya. Penghasilan merek adalah cucuran keringatnya, mereka bahagia mendapatkan rezeki dari Allah SWT, walaupun jauh dari cukup untuk membiayai hidup anak dan isterinya.Termasuk dalam kelompok ini adalah para buruh pelabuhan yang membantu penumpang untuk membawa barang-barang bawaannya masuk ke dalam kapal dengan mengharapkan upah angkat. Mereka adalah pekerja-pekerja ulet yang menggunakan kekuatan otot. Dengan tenaga fisik mereka berusaha mengangkat barang yang begitu berat dalam satu kali angkat. Mereka adalah pejuang ekonomi rumahtangga yang sangat mulia. Dengan kekuatan otot mereka gunakan untuk mencari nafkah keluarga. Mereka tidak peduli lagi berat ringannya barang yang akan diangkat yang penting dapat order hari itu dengan penghasilan yang pas-pasan.Keringat mereka bercucuran,urat-urat otot mereka kelihatan menyembul di saat mengangkat barang-barang penumpang ke dalam autaupun keluar kapal. Terkadang mereka sepertinya berebut pelanggan, ternyata tidak. Mereka sedang mencari dan menawarkan harga kepada penungpang jika setuju dilanjutkan dan jika tidak dibatalkan. Pakaian seragam mereka adalah warna kuning, ini artinya menunjukan adanya semangat dan keuletan serta kesabaran dalam bekerja.Orang yang bekerja mencari kekayaan termasuk kelompok yang kedua. Lihatlah orang-orang yang mencari kekayaan di negeri ini. Mereka bekerja dengan kekuatan otak dan strategi. Karena pendapatan mereka melebihi kebutuhan, mereka tidak pernah khawatir akan kekurangan makan seperti kelompok pertama. Kebutuhan mereka terkadang melebihi standar kebutuhan orang biasa karena semakin banyak penghasilan akan semakin banyak pula pengeluaran. Walaupun demikian sekali lagi mereka tidak khawatir akan kekuarangan makan seperti kelompok pertama tadi.Mengamati realitas tersebut, sang petualang sedikit membathin, merenung dan bertanya dalam hati bagaimana mendorong lembaga pemerintah untuk cerdas membaca kehidupan ekonomi rakyatnya dengan cermat. Khususnya di Kepulauan Anambas dan umumnya seluruh nusantara. Sang petualang berasumsi masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memiliki pekerjaan dengan pendapatan yang layak dan bahkan belum mencukupi.Mencintai KebersihanDi dalam kapal yang besar itu fasilitas penumpang cukup tersedia dengan baik. Seperti Musalla tempat ibadah, toilet dan juga tempat hiburan tersedia di dalam kapal. Namun sebagai petualang, karena baru pertama kali masuk kapal yang agak lumayan besar sangat heran dan merenung mengapa kapal sebesar ini kurang terjaga kebersihannya.Terutama kebersihan WC alias toilet yang sangat kotor. Sang petualang terus merenung hingga berkesimpulan bahwa orang-orang yang menjadi penumpang di kapal ini belum memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya kebersihan. Suatu kali, kebetulan sang petualang satu lantai dengan rombongan santri yang sedang berlibur pulang ke kampungnya.Di saat petugas membersihkan ruangan kapal, sang petualang melihat pemandangan yang mengesankan yaitu begitu banyaknya tumpukan sampah bekas makan dan minum yang dikumpulkan petugas saat itu. Sementara di depan tempat tidur masing-masing kamar penumpang sudah tersedia tempat sampah dan bahkan di dinding-dinding kapal tertulis informasi: “ jagalah kebersihan”, “buanglah sampah pada tempatnya”.Begitupun jika kita ke toilet, kita akan mencium aroma yang sangat menyengat yang tidak sedap dan lantai kamar mandipun sangat kotor. Sang petualang bergumam lagi dalam hati,” sebegitukah tingkat kesadaran akan kebersihan sebagian orang di negeri ini?”. Padahal setiap agama umpama saja dalam Islam mengajarkan bahwa kebersihan itu adalah separoh dari iman, sebagaimana Hadits ;( اَلنَّظَافَةٌ مِنَ اﻻِيْمَانِ٠﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍحمد,” Kebesihan adalah sebagian dari iman.”(HR.Ahmad).Menurut hadits diatas iman dan kebersihan adalah seperangkat nilai yang tak dapat dipisahkan. Nilai iman akan membangun manusia yang mencintai kebersihan. Sebaliknya orang yang bersih adalah bukti memiliki iman, baik bersih secara zahir maupun secara bathin. Itulah sebabnya orang yang tidak bersih dari najis tidak syah sholatnya sebelum ia berwuwudhu’ atau bertayammum sebelum sholat. Berwudhu’ sebelum sholat adalah ajaran cinta akan kebersihan. Orang yang mencintai kebersihan adalah bukti orang itu beriman.Tepuk Tepung TawarSetelah sampai di Pelabuhan Tarempa, sang petualang disambut oleh rombongan tokoh masyarakat, tokoh adat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas. Mereka menyambutnya dengan cara adat yang sudah dilakukan secara turun temurun di Kabupaten Kepulauan Anambas. Setelah kapal dinyatakan berhenti oleh petugas, dengan hati yang sedikit berdebar dan terenyuh melihat ke sudut pelabuhan, dari kejauhan para tokoh adat dan tokoh masyarakat sudah berbaris menyambut dengan hangat, untuk selanjutnya dilakukan prosesi tepuk tepung tawar. Peristiwa itu membuat sang petualang sangat bangga karena masih memiliki daerah yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat masyarakatnya.Dalam adat tepuk tepung tawar terdapat pesan moral yang sangat mulia. Di dalamnya berisikan salam hormat,salam sapa dan doa. Siapa saja yang disambut dengan tepuk tepung tawar berarti seluruh masyarakat yang ada di daerah itu melalui perwakilan tokoh adat, agama dan pemerintah telah mendoakan keselamatan tamu yang datang. Memuliakan tamu adalah perintah agama. Oleh sebab itu para tamu wajib dimuliakan jika mereka datang ke daerah kita, itulah ucapan yang di sampaikan oleh ketua adat melayu Kabupaten.Kepulauan Anambas dalam bincang-boncang saat duduk melepas lelah setelah tiba di sana.Surga TersembunyiHari semakin sore, malam pun sudah tiba. Sang petualang mengucapkan terimahkasih setinggi-tingginya kepada seluruh tokoh masyarakat dan tokoh adat beserta pemerintah yang hadir sambil bersalam-salaman dan kemudian pulang ke tempat masing-masing.Setelah beberapa hari di Kepulauan Anambas, sang petualang terus belajar dan menikmati tempat tugas baru di sana. Banyak tempat yang menjadi titik perhatian yang mendatangkan daya tarik bagi pencinta alam dan wisatawan.Jika dicermati lebih dekat, kepulauan Anambas memang berbeda dari kabupaten/kota yang lain di Kepri. Di sini sang petualang mengenal adanya Surga Tersembunyi. Ketika berkali-kali disediliki dan di tanyakan kepada masyarakat dan teman-teman yang ada di sana seluruh jawaban belum memberikan kepastian dimana tempat itu. Lalu dimakah sebenarnya surga tersebunyi itu ?Menurut ahli psikologi, manusia senang dengan keindahan dan kenyamanan. Suasana indah dan nyaman akan mendatangkan kebahagiaan. Belum ada yang memastikan seindah apakah surga tersembunyi itu? Namun yang pasti dalam Islam surga identik dengan kebahagiaan, kesenangan dan keindahan. Di dalam berbagai konsep kebahagiaan, para filosof sendiri berbeda pendapat dalam mendefinisikan kebahagiaan.Umpamanya saja Veenhoven;1995 menyebutkan bahwa kebahagiaan adalah sinonim dari kepuasan hidup/satisfaction with life,yaitu keseluruhan evaluasi mengenai hidup termasuk semua kriteria yang berada di dalam pemikiran individu seperti bagaimana rasanya hidup yang baik, sejauh mana hidup mencapai ekspektasi, bagaimana hidup yang menyenangkan dapat dicapai atau sebuah derajat sebutan hidup yang menyenangkan dari seseorang.Sementara menurut Aristoteles kebahagiaan adalah feeling good, having fun, having a good time atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Sebab itu orang yang bahagia menurut Aristoteles adalah orang yang memiliki good birth, good health, good look, good luck, good reputation, goo priends, good money and goodness. (Mortimer.J.Adler, 1996).Sementara itu menurut ‘Aidh al-Qarni; 2004, pemikir muslim kontemporer, kebahagiaan adalah keringanan hati karena kebenaran yang dihayatinya, kebahagiaan adalah kelapangan dada karena prinsip yang menjadi pedoman hidup, dan kebahagiaan adalah ketenangan hati karena kebaikan disekelilingnya. Kemudian Ibnu Khaldum mendefinisikan kebahagiaan adalah tunduk dan patuh mengikuti garis-garis ketentuan agama Allah dan perikemanusiaan (Hamka, Tasawuf Modern; 1990).Jadi, surga tersembunyi hakikatnya adalah kebahagiaan, kesenangan dan kelapangan dada manusia ketika ia merasakan nikmat Allah setelah ujian dan cobaan menerpa. Di balik (beserta) kesulitan terdapat kemudahan ( اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ) Qs.Al-Insyira;6). Allah menyembunyikan kemudahan sebelum melalui kesulitan.Bahagia itu ada di balik perjuangan dan pengorbanan. Orang yang tidak mau melewati kesulitan, berkorban dan berjung tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Terpaan hidup yang semakin berat, beban ekonomi yang semakin menghimpit adalah satu diantara kesulitan yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Semua itu adalah kesulitan yang akan mendatangkan kebahagiaan. Ketika seseorang telah melalui kesulitas, maka disitulah ia akan menemukan kebahagiaan. Oleh sebab itu, surga tersembunyi adalah kebahagiaan yang dicapai oleh seseorang hamba setelah melalui kesulitas dan ujian. Berbahagialah mereka para pedagang osongan dan buruh pelabuhan yang berjuang untuk bekerja berat, setelah itu mereka bangga dengan penghasilan yang serba cukup untuk menafkahi keluarnya. Mereka menemukan sorga tersembunyi itu dibalik perjuangan menafkahi keluarganya. Semoga kita semua termasuk orang-orang menemukan surga tersembunyi itu. Aamiin. ***