Oleh: Dr.H.Muhammad Nasir,S.Ag.MH, Kakan Kemenag Kabupaten Anambas
Hari Bumi Sedunia yang jatuh pada selasa, 22 April 2025, mengambil tema ”Kekuatan Kita, Planet Kita”. Tema ini mengandung inspirasi sangat potensial dan strategis dalam membangun kembali kesadaran penduduk bumi terhadap ancaman krisis ekologi yang terus menghadang.Populasi dan ekonomi bumi terus mengalami kesenjangan dan bahkan dapat putus dari sumber daya tempat kelangsungan hidup. Disamping itu akibat ekosistem yang terdapat di dalam terrarium manusia tidak memiliki daya dukung untuk melayani beban ekologis yang datang dari populasi yang ada di dalamnya, akibatnya manusia bumi mengalami kerapatan populasi yang tinggi dan konsumsi materi yang diperlukan akan mengalami ketergantungan kepada daerah yang produktif secara ekologis yang luas dan semakin menglobal.Ecological Footprint adalah luas tanah yang produktif dan ekosistem perairan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sumber daya yang dipakai, dan untuk mengasimilasikan limbah yang dihasilkan oleh populasi tertentu pada standart kehidupan material tertentu, dimanapun letak tanah itu di permukaan bumi (Audrey R.Chapman,dkk:2007).Kondisi ini sedang mengalami krisis yang menakutkan menyentak perhatian manusia di bumi. Kesejahteraan hidup di bumi tidak lagi seimbang antara tanah yang produktif dengan ekosistem yang ada. Akibatnya terjadi kesenjangan yang tidak adil dalam pemanfaatan sumber daya bumi. hal tersebut menjadi bencana yang katastrofal (dampak yang sangat buruk) bagi masa depan penduduk bumi.Keseimbangan bumi yang produktif dan non produktif sudah mulai diragukan akibat kesenjangan yang tak terbantahkan. Akibatnya dukungan daya hidup penduduk bumi menjadi taruhan yang amat serius. Manusia menjadi ketakutan, bumi dianggap tidak lagi efektif di tinggali sehingga ketakutan global terjadi dimana-mana.Ketakutan penduduk bumi akan kekurangan daya hidup di bumi semakin kuat, disebabkan oleh jumlah populasi penduduk bumi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Begitupun dengan pertumbuhan wilayah-wilayah utama sangat jauh dari homogen.Menurut hasil skenario, tingkat kesuburan menengah, pertumbuhan populasi akan terus terjadi di semua wilayah besar di dunia. Penduduk bumi akan tumbuh terus dalam jangka pendek. Pada 1999 dunia dihuni oleh 6 miliar manusia. Skenario kesuburan tingkat menengah memperoyeksikan bahwa populasi dunia akan mencapai 10,8 miliar pada tahun 2150 dan akan stabil mendekati 11 miliar tahun 2200. (Laporan: Divisi Populasi dari Departemen Masalah-Masalah Ekonomi dan Sosial Sekretariat PBB, kurun waktu hingga 2150).Ketakutan Ecological Foodprint, merupakan ketakutan ekologis terhadap sumber daya kehidupan yang semakin punah. Masa depan populasi manusia, seperti halnya masa depan lingkungan, ekonomi, dan kulturnya sangat tidak bisa diramalkan sehingga menjadi ancaman global bagi manusia.Ancaman global ini menghendaki perhatian serius dari seluruh pihak dan sekaligus diserukan kepada seluruh penduduk bumi untuk mengonsolidasikan aliansi global guna bertindak, berinovasi, dan menerapkan langkah-langkah strategis untuk melindungi lingkungan oleh semua pihak sebagai wujud dari tanggungjawab bersama.Nah, sebagai tanggungjawab moral Kementerian Agama RI ikut mendorong dan mengambil langkah kongkrit dengan meluncurkan program gerakan menanam 1 juta pohon Matoa di Indonesia dengan melibatkan umat beragama di Nusantara. Gerakan ini adalah untuk membangun cinta umat beragama kepada lingkungan alam ciptaan Tuhan. Lingkungan alam ciptahan Tuhan wajib dipelihara dan dilestarikan.Terkait dengan lingkungan setidaknya terdapat beberapa teori yang dominan untuk mengkaji perilaku ekologis manusia yaitu, determinisme, jabbariyah, posibilisme, ta’ammuliyah, ekologi budaya, bi’ah al-‘udriy atau cultural ecology (A.Tery Rambo, 1983). Kita tidak menjelaskan keenam teori tersebut disini, fokus kita adalah bagaimana agama memberikan tuntunan dalam menjawab tantangan lingkungan global terhadap ketakutan ecological footprint dalam kaitannya dengan peran dan fungsi Kementerian Agama. Adapun peran strategis Kementerian Agama dalam hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:Pertama: Memperkuat teologi lingkungan untuk kesejahteraan manusia di bumi.Gerakan Kementerian Agama untuk menanam 1 juta pohon merupakan kepedulian lingkungan di bumi. Hal ini menjadi konseptualisasi iman bagi umat beragama dalam pemeliharaan alam ciptaan Tuhan dan ini sangat perlu digalakan. Gerakan ini dapat diidentifikasikan sebagai penguatan teologi lingkungan dalam aktualisasi pesan moral agama.Konsep teologi lingkungan pertama kali diperkenalkan oleh Prof.Dr.Mujiyono Abdillah, MA tahun 2001. Dalam Disertasinya yang telah dituangkan dalam buku: “Agama Ramah Lingkungan Perafektif Al-Quran menyebutkan bahwa teologi lingkungan muncul sebagai penyikapan positif masyarakat teologi terhadap persoalan lingkungan. Pandangan ini bisa kita sederhanakan bahwa teologi lingkungan merupakan bentuk kesadaran lingkungan bagi manusia dalam mengelola bumi untuk keberlanjutan kehidupan ekonomi, social budaya, politik dan kenyamanan hidup agar dapat berjalan dengan baik.Jadi teologi lingkungan adalah kesadaran iman umat beragama terhadap kelestarian lingkungan hidup.Bumi yang didiami ini harus dijaga produktifitasnya. Manusia hidup dibumi telah diberikan kebebasan oleh Tuhan untuk mengelola dan memanfaatnya sebaik mungkin untuk kepentingan manusia itu sendiri. Seluruh sumber daya alam dan lingkungan diciptakan untuk kepentingan manusia. Sebab itu memperkuat teologi lingkungan (kesadaran lingkungan) mutlak diperlukan.Dalam perspektif ini, manusia yang sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan sekurang-kurangnya akan berdampak bagi manusia diantaranya: 1) Mendorong terciptanya masyarakat maju dan bermoral. Masyarakat maju dan bermoral menjadi cita-cita global dalam masyarakat modern.Masyarakat maju ditandai dengan kehidupan yang sejahtera lahir dan batin serta menguasai tehnologi dan ilmu pengetahuan sedangkan masyarakat bermoral ditandai dengan adanya tanggungjawab, berkepribadian luhur, memiliki hati Nurani dan memiliki kebebasan serta memihak kepada kebaikan, kebenaran dan keadilan. Disamping itu warga masyarakatnya memiliki jati diri yang utuh dan teguh dalam mengaktualisasikan ajaran moral agamanya.2) Mendorong masyarakat untuk hidup mandiri dan berkeseimbangan. Masyarakat mandiri adalah masyarakat yang berkesadaran dan berkemampuan swadaya dengan menunjukan potensi dirinya, berswasembada, bebas dari kekuatan hegemonic dari luar. Tidak memiliki ketergantungan terhadap negara atau orang lain dalam menentukan nasib hidupnya. Sementara masyarakat yang berkesinambungan adalah masyarakat yang bergaya hidup lestari, arif, bijaksana dan rasional. Merek mampu mendayagunakan sumber daya alam, sumberdaya manusia dan lingkungan untuk kepentingan bersama tanpa terikat oleh kepentingan orang lain.Kedua: Bumi sebagai amanah Tuhan. Ketakutan ecological foodprint dapat diperkecil dan bahkan dilenyapkan dengan menjaga bumi sebagai amanah Tuhan. Dalam pengertian lain manusia di bumi wajib menjaga dan melestarikan bumi dengan memegang teguh amanah penciptaan bumi. Karena Tuhan yang meciptakan bumi dan Dialah pemilik hakiki segala ciptaannya termasuk bumi tempat manusia tinggal.Dalam pandangan teologis, bumi merupakan salah satu planet ciptaan Tuhan sebagai tempat hidup yang ideal bagi manusia dan makhluk lainnya. Sebab itu secara ekoteologis manusia berkewajiban melestarikan bumi dengan mejaga amanah tersebut. Menjalankan amanah berarti ikut memelihara dan merawat bumi dengan sikap batin yang menjiwai dengan kesadaran yang tinggi.Menjalankan amanah berarti ikut mendukung peningkatan kualitas hidup manusia di bumi. Manusia merupakan salah satu komponen ekosistem dalam lingkungan di bumi yang memiliki peran fungsional ekologis. Walaupun di satu sisi manusia berpotensi merusak dan mencemari bumi, tapi disisi lain manusia berpotensi sebagai pelestari di bumi. hal ini tergantung pada tingkat kesadaran teologis yang dimiliki serta kearifan jiwa yang dimiliki. Kesadaran ini dapat dijaga dan kembangkan dalam berbagai tingkatnya, baik yang bersifat individu, kesadaran ilmiyah, kesadaran komunal social, kesadaran politik, kesadaran kultural sampai tingkat kesadara spiritual yang tertinggi.Kesadaran merupakan puncak tertinggi dalam mejalankan amanah penciptaan. Dalam Islam umpamanya kesadaran ini menyatu dalam dua dimensi kesadaran yaitu dimensi teologis (aqidah) dan dimensi syari’ah. Dari dua kesadaran inilah diharapkan lahirnya pelestarian lingkungan secara berkelanjutan yang akan memperkuat misi pembangunan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan terpadu dalam masyarakat bangsa di bumi.Ketiga: Memperkuat akses Sumber Daya Bumi (SDB). Akses sumber daya bumi semakin melemah jika tidak di tangani dengan serius dan bijak. Bumi akan kehilangan fungsi sebagai amanah kehidupan yang lestari.Pada konfrensi “Consumtion, Population and the Environment: Religion and Science Envision Equity For an Altered Creation”, yang dilaksanakan pada November 1995, muncul konsensus bahwa kita hidup dipersimpangan kritis sejarah umat manusia. Untuk mencapai keadilan dan keberlanjutan yang lebih besar, masa depan mestilah berbeda secara fundamental dengan masa lampau maupun masa kini.Prinsip-prinsip keadilan mensyaratkan bahwa semua orang memiliki akses kepada manfaat dan penggunaan atas sumber daya bumi sehingga mereka bisa memaknai kehidupan ini lebih baik. (Audrey R.Chapman,dkk;2007).Dalam wilayah atau daerah yang terjadi kesenjangan pendapatan yang tajam antara yang kaya dan yang miskin, tentu mengurangi ketidak setaraan ini merupakan agenda utama. Lebih dari itu, kemiskinan yang kronis akan menambah krisis ekologis. Sebab itu norma-norma keadilan antar generasi harus ditegakan sebagai bukti nyata kewajiban-kewajiban keagamaan untuk menjadi pemelihara (khalifah) yang baik di bumi, bumi ciptaan Tuhan berpotensi dapat mengurangi kecenderungan penipisan sumber daya dan penurunan kualitas lingkungan. Kita harus mulai memperlakukan bumi ini sebagai warisan yang diturunkan dari generasi sebelumnya dan memegangnya sebagai amanat bagi negerasi mendatang.Apabila kita menegakan norma-norma tersebut secara sungguh-sungguh, kebutuhan generasi mendatang akan menjadi pertimbangan utama bagi konsumsi sumber daya alam dan bagi gaya hidup kita. Namun perlu disadari apabila konsep-konsep etika lingkungan seperti integritas makhluk dan nilai instrinsik semua species, akan kurang bermakna bila manusia terus menguras sumber daya bumi dan menerabas sistem ekologi tempat bergantungnya makhluk hidup lainnya di bumi.Jadi, dengan memperkuat akses sumber daya bumi dengan mengatasi aktivitas ekologis yang melampau batas dan melebihi skala optimal yang berdampak buruk bagi kehidupan di bumi berarti kita telah menanam kebahagiaan dan mempersiapkan masa depan yang berkelanjutan yang bermakna lebih dari kadar pertumbuhan ekonomi global tetapi jauh dari itu kita telah mempersiapkan masa depan generasi di bumi.Disinilah pentingnya penguatan dan penguasaan akses sumber daya bumi. Hal ini juga hiharapkan komunitas-komunitas local, regional dan global dapat hidup terus secara ekonomi, patut dan adil secara sosisal, dan dapat diperbaharui secara berkelanjutan.Penguatan akses ini memiliki empat dimensi penting, yaitu: 1) Stabilitas sosial tidak dapat dicapai tanpa distribusi pasokan yang adil dan peluang bersama untuk berpartisipasi dalam keputusan sosial. 2) Masyarakat global yang sehat dan kuat tidak akan berkelanjutan jika kebutuhan pangan disetiap waktu melampaui kapasitas global. 3) Kehidupan sosial akan berkelanjutan hanya sejauh penggunaan sumber daya yang tak dapat diperbaraui tidak habis lebih cepat ketimbang peningkatan sumber daya yang dapat disediakan melalui inovasi teknologi. 4) Masyarakat berkelanjutan membutuhkan tingkat aktivitas manusia yang tidak dipengaruhi secara buruk oleh perubahan-perubahan alami iklim global yang terjadi. (Barbara Crossette: 1996).Akhirnya kita berharap jika penduduk bumi telah memiliki kesadaran ekologi dengan memperkuat teologi lingkungan, menyadari bahwa bumi adalah amanah Tuhan kepada manusia dan memperkuat akses sumber daya bumi, maka ketakutan ecological foodprint dapat dihindari atau paling tidak dapat diminimalisir dalam jangka waktu yang panjang. Selamat memperingati Hari Bumi ke-55, semoga bumi kita semakin ramah, damai dan sejahtera. Aamiin. ***